Cerpen Pertama Gue (Juara 2 lomba nulis)
JERITAN di ENGGANO
“Arrrgggg!!!! MAMA!!!!”
Jeritan peri kecil orang tuaku
kembali menggemparkan seisi rumah pada malam itu. “Kenapa sayang? Mimpi itu
lagi ,ya?” Tanya mama dengan penuh cinta. “Iyo, ma… ngeri nian kalu teringek
muko bapak tu!”1) Jawabku dengan sangat cemas sambil memeluk mama dengan erat. Harum aroma tubuh mama dengan kehangatan yang
sangat kurindukan selalu membuatku menjadi tenang. “Yo udah… tidur lah,nak…
jangan lupo bedoa,yo… jangn takut,mama disiko…”2) Akupun telah
merasa tenang karena telah diredakan oleh mama tersayang. Mimpi buruk itu
selalu hadir, peritiwa yang sangat membawa dampak dalam hidupku. Seolah ingin
menggapai setitik cahaya yang amat jauh, cahaya itu hampir hilang di telan
gelap dan keheningan malam. Namun, untunglah datang sesosok cinta sejati yang
menggapai erat jemariku agar aku dapat bertahan di kehausan yang amat panjang.
Papaku seorang guru yang berasal dari Jawa Tengah. Entah apa yang
membuat ia berkelana sangat jauh sehingga bertemu dengan sang pujaan hatinya,
yaitu ibuku. Seorang wanita desa yang hidup di daerah Rejang Lebong, provinsi
Bengkulu. Namun itu tidak menjadi masalah, yang paling penting adalah lahirnya
peri cantik nan anggun buah cinta mereka yang sekarang duduk di kelas 1 SMA,
yaitu aku, Andya Wilda.
“Pa, buli dak Andya pai jalan-jalan kek kawan-kawan?”3)
Ujarku mengawali pembicaraan malam itu. “Mau kemana toh, ndok?” jawab papa
dengan logat medok Jawanya. “Ke bukit kaba,pa… Boleh kan?” pntaku dengan manja.
“Ada yang ngawasin kan,sayang?” Tanya mama dengan penuh antusiasnya yang
terdengar panik. “Iya,mamaku sayang… tenang aja, adabu guru yang ngawasin kok.”
Jawabku menyela agar berharap diizinkan. “Iya.. boleh,ndok…” Jawab papa dengan
bijaknya. “Makasih,ya papaku yang ganteng…” Godaku dengan manja. “Iya… papamu
emang ganteng kok, hehe… dasar ya kalo ada maunya.”
Memandang
alam dari atas bukit
Sejauh
pandang kulepaskan
Sungai
tampak berliku, sawah hijau terbentang
Bagai
permadani di kaki langit
Gunung
menjulang
Berpayung
awan
Ooohhhh…
indah pemandangan….
Lagu itu memang benar-benar menyerap di dalam hatiku saat aku
berada di atas Bukit Kaba di daerah Rejang Lebong,Provinsi Bengkulu itu.
Sungguh indah! Hatiku takjub bukan kepalang, tak ada lagi kata-kata yang dapat
aku ungkapkan, hanya doa kecil yang kubisikkan kepada Tuhan yang telah berkarya
dengan sempurna, melukiskannya dengan penuh cinta dan hak patennya tak dapat
ditiru oleh siapapun. Sekalipun itu Malaysia, hehe… Amazing!
“Wah, hujan!!! Ya, Tuhan!!! Aku belum puas menikmati ini…” Jeritan
kecilku yang kuucapkan dengan penuh rasa kecewa. “Haduh, nggak bawa mantel
lagi,nih… Bbrrrr…. Dinginnya!” ujarku dalam hati sambil berlari ke tempat
berteduh. Tak lama kemudian, kudengar suara yang mengalun lembut, mendekat,
terasa sangat sejuk. Kesejukannya tak pernah kurasakan sepanjang hidupku, terasa
sangat berbeda. Rambut indahku bak tertiup angin sepoy-sepoy dan angin itu
menarikku ke arah suara yang memanggilku itu. Seperti kupu-kupu yang akan
keluar dari dalam kepompongnya. Aku merasa sedang memerankan sebuah film India
dan sedang dikejar-kejar Sahrul Khan.
“Kenapa, Andya? Dingin ya? Ini kupinjemin mantelku, aku bawa dua,nih…” Kurasakan sentuhan tangannya yang
bergerak memakaikan mantel hujan itu kepadaku. Waaahh… So sweet!!4) itu kan Radit! Baik sekali,ya? Kehadirannya
yang menyelamatkanku dari kedinginan Ini bagaikan seorang arjuna yang memakai
baju Superman dengan paras nan elok serta siap sedia membantu tiap-tiap orang
yang membutuhkan bantuan. Ya, arjuna berbaju supermanku.
Jatuh cinta
berjuta rasanya
Di pandang
dibelai, amboy rasanya
Jatuh cinta
berjuta nikmatnya
Menangis
tertawa karna jatuh cinta
Dia jauh aku
cemas tapi hati rindu
Dia dekat
aku senang tapi salah tingkah
Dia aktif
aku pura-pura jual mahal
Dia diam aku
cari perhatian
Oh repotnya…
Kudengar mama menyanyikan lagu cinta untuk menggodaku yang sedang
jatuh cinta, cintaku yang pertama, cinta monyetku yang amat mengesankan.
Walaupun kata orang Radit seperti monyet, namun bagiku dia tetaplah hanoman
yang paling ganteng dan paling baik. Rasa yang amat tak biasa, seperti orang
yang sedang kehilangan kewarasan. Di balik kegilaan itu aku tetap gigih untuk
tetap tidak merasakan cinta monyet itu agar fokus terhadap sekolah dan semua
pelajaran. Agar nantinya aku dapat berhasil dan menikmati hasil jerihku
bersamanya dengan tenang dan tak ada beban yang berarti. Aku tak akan memiliki
pacar sebelum kusudahi semua study4) ku.
“Yeeee!!! Aku lulus!!!” teriakku kencang dengan penuh rasa lega
karena telah lulus ujian Nasional. Dengan nilai yang memuaskan aku merasa
tengah berada di laut yang amat sejuk dan menemukan sebuah harta karun besar
yang telah lama di tinggalkan oleh bajak laut yang karam.
“Pa, ma, enaknya Andya kuliah dimana, ya? Atau di UNIB5),
aja? Biar nggak terlalu jauh, kalu
libur bisa pulang, dan mama juga bisa mudah kalau mau nemenin…” Ujar anak
semata wayang yang manja ini, yang walaupun telah kuliah masih saja ingin dekat
dengan mama. “Apa yang kamu anggap baik, itulah yang kami dukung anakku…” Jawab
mama dengan penuh cintanya. “Oke,deh…
Pokoknya rebes semuanya, tuan bos dan
nyonya bos… Andya akan lulus hanya dalam 3,5 tahun saja dengan hasil A di
fakultas biologi.” Tantangku kepada papa dan mama yang amat bangga mendengar
ucapan penuh semangatku itu.
2,5 tahun telah berlalu, telah kulupakan Radit untuk sejenak.
Kuliahku sejauh ini masih baik-baik saja. Tibalah saatnya aku harus melakukan
penelitian demi selesainya skripsiku. Kudengar ada binatang endemik6) asli Bengkulu yang terdapat di pulau Enggano.
Karena letaknya yang amat jauh dan harus menyebrang lautan, maka akupun sulit
mendapatkan izin dari papa dan mama. Dengan susah payah aku membujuk mereka.
Akhirnya mereka memberikan izinnya untuk anak semata wayang mereka ini.
Perjalanan mulai ku tempuh dengan 4 orang teman pada sore itu,
Randi, Nadia, Lucy, dan Reno. Dari pelabuhan Pulau Bay dan menaiki kapal RAJA
ENGGANO kamipun tiba di sana setelah menaiki kapal kurang lebih 8 jam. Setelah
tiba di sana kami sulit sekali untuk mendapatkan tempat menginap. Setelah kami
berputar-putar wilayah itu akhirnya kami menemukan tempat untuk berteduh,
sebuah rumah yang sederhana, rumah penduduk yang bersedia menampung kami kurang
lebih 2 minggu. Kepada pemilik rumah itu kami menanyakan tentang hewan endemik
yang katanya terletak di sana. Pemilik rumah itu mengatakan bahwa seekor buaya
putih milik kepala desa Enggano itu tengah menjadi primadona di daerah
tersebut. “Dapatkah ibu mengantarkan kami ke rumah kepala desa itu, bu?” Tanya
Reno dengan sangat sopan, karena orang-orang di Enggano berbahasa Indonesia
dengan sangat sopan. “Baiklah, nak… akakn ibu antarkan kalian sekarang.” Jawab
ibu itu.
“Luar biasa!!! Buaya putih itu benar-benar ada!” Jeritan Nadia
juga membuat aku berdecak kagum melihat buaya putih nan cantik itu, sangat
indah. Kami seakan tak percaya dapat melihat hewan seaneh ini. Penelitian terus
kami jalankan, setiap hari kami datang mengunjungi rumah kepala desa itu untuk
kepentingan penelitian. Suatu hari, tak sengaja aku melihat seorang anak
laki-laki yang umurnya masih relative muda, sekitar 18 tahun tengah duduk di
teras rumah kepala desa tersebut. Melihat parasnya yang lugu aku jadi teringat
kepada arjuna berbaju superman yang kutinggalkan dahulu. Mereka begitu mirip,
warna kulitnya, hidungnya, matanya, membuatku merasakan kerinduan kepada Radit
yang begitu mendalam. Tapi di dalam
hatiku aku berbisik, “Sabarlah Andya, tinggal beberapa langkah lagi, dan kamu
akan bersama lagi dengan Radit, ya kalu Tuhan mengizinkan.”
“Kalian berasal dari suku mana saja,nak?” Tanya bapak kepala desa
itu yang menyentakkan aku yang sedang melamun memikirkan Radit. “Kalu aku Rejang,pak!”
jawan Reno. “Kalau aku Padang,pak!” Jawab Nadia. “Aku batak!” Jawab Randi. “Aku
juga Rejang.” Jawab Lucy. “Kalau kamu,nak?” Bapak itu menunjukku. “Papaku
Jawa,pak! Mamaku asli Rejang. Aku tinggal di Jawa selama 5 tahun, tetapi karena
kepentingan pekerjaan jadi papa mengajak kami sekeluarga pindah ke Curup.”
Ungkapku dengan jujur.
Setelah 13 hari berlalu, aku dan teman-teman kembali datang ke
rumah kepala desa itu untuk berpamitan. Semua data tentang buaya putih telah kami dapatkan, kami akan
menghaturkan terima kasih yang sangat mendalam atas semua bantuan kepala desa
itu yang telah bersedia untuk menolong dalam memberikan data secara lengkap.
“Baiklah,pak… maksud kedatangan kami di sini kami ingin
mengucapkan ribuan terima kasih karena bapak telah bersedia meluangkan waktu
untuk memberikan banyak sekali data-data yang kami butuhkan. Sore ini kami akan
berangkat pulang lagi ke Bengkulu. Kami
mohon pamit ya,pak…” tutur Randi. “Iya,nak… dengan senang hati saya membantu
kalian. Semoga kalian dapat mencapai cita-cita denagn baik.”
Sepulang dari kediaman keoala desa itu kami kembali ke penginapan
lagi untuk membereskan barang-barang dan juga bersiap-siap. Saat aku sedang
merapikan pakaian yang hendak di bawa pulang, terdengarlah ketukan pintu yang
sangat keras dan mengagetkan kami semua. Lalu keluarlah Lucy untuk membukakan
pintu. Lalu terdengarlah suara garang yang mengancam, “Mana Andya?” Suara itu
kudengar seperti suara kepala desa, secepat mungkin aku datang menghampirinya
terlihat juga ia datang dengan anak lelakinya yang kulihat waktu itu. “Ada apa,
pak? Ada yang bisa saya bantu?” tanyaku dengan nada yang lembut mana tahu dapat
meredakan amarah bapak kepala desa itu. “Kau tak akan saya biarkan pulang lagi
ke Bengkulu, karena kau harus diam di desa ini! Akan saya berikan apa yang kau
mau. Sawah, ladang, emas, kerbau, sapi atau apapun! Dan kau juga harus menikah
dengan anakku!” Ucap bapak itu dengan nada mengancam. Aku merasa sangat
ketakutan, aku seperti seekor rusa yang sangat merindukan air, sangat haus dan
terus mencari jalan keluar apa yang harus kutempuh. Namun kali ini yang terjadi
adalah aku cari adalah dimana arjuna berbaju supermanku! Dimana dia? Tolong
aku,arjuna!! Aku nggak mau arjuna yang masih kecil ini!!
Aliran darahku terhenti dalam lima hitungan. Bibirku tak dapat
digerakkan, dan tanganku beku. “Kenapa ini,pak? Kenapa saya?” Tanyaku dengan
gugup. “Karena engkau adalah orang Jawa. Tinggalah di sini untuk membangun desa
ini, serta dampingilah anakku sebagai suamimu.” Jawab bapak itu dengan tegas.
Tak kusangka pertanyaan yang pernah diutarakan bapak beberapa hari yang lalu
itu untuk mencari informasi tentang dari daerah mana kami berasal. Aku baru
mengetahui bahwa orang-orang Enggano masih neranggapan bahwa orang-orang yang
berasal dari Jawa adalah orang yang berpendidikan baik, dan merekan beranggapan
bahwa orang Jawalah yang dapat membangun wilayah mereka. Lalu aku mencoba
menjelaskan, “Pak, menurut saya apa yang bapak maksud itu adalah salah, bukan
hanya orang Jawa yang pintar, namun biarkanlah anak bapak sekolah dahulu, lalu
biarlah dia nanti yang membangun desanya ini. Saya tidak dapat melakukannya
,pak… anak bapak masih terlalu muda untuk menikah. Sebaiknya ia bapak
sekolahkan dulu.” Tuturku dengan kelembutan agar bapak itu tidak merasa tersinggung,
namun tampaknya beliau tersinggung dengan ucapanku. “Apa maksud kau berkata
seperti itu? Jangan menggurui saya, ya?” Jawab bapak itu sambil menunjuk ke
arahku. Oh my God… what should I do?7) Bapak itu masih saja tak mau
mendengar apa yang telah aku tuturkan.
“Saya adalah anak semata wayang, pak… apa kata orang tua saya jika saya tidak
pulang? Mereka akan sangat sedih, bukan? Mungkin bapak juga dapat merasakan
sedihnya di tinggal anak semata wayang bapak. Saya harus membahagiakan mereka
dan juga harus membuat mereka bangga.” Aku menjawab dengan suara yang sangat
lantang dan sambil menangis. Mendengar apa yang aku katakana, bapak tadi
menjadi luluh dan menerima apa yang telah aku ucapkan. “Baiklah,nak… saya
mengerti… maafkan saya yang sudah memaksamu dengan kasar. Pulanglah dan
bahagiakanlah orang tuamu.” Ucapan bapak itu memberikan angin segar dengan
sukma nan anggun yang aku dambakan. Kelegaan yang kurasakan seperti setelah
meminum segelas es jeruk setelah berlari sejauh 10km. “Benarkah,pak? Apakah
saya boleh pulang?” tanyaku lagi untuk memastikannya. “Ya, kau boleh pulang.”
Karena telah diizinkan pulang maka dengan segera aku dan
teman-teman bergegas pulang, kami takut kalau-kalau bapak itu berubah fikiran.
Akhirnya aku dapat lepas juga dari dalam jerat harimau ganas yang akan memakan
tubuhku tanpa sisa. Terima kasih, Tuhan…. Tenanglah arjuna berbaju supermanku,
aku akan pulang.
Setelah sampai di seberang, aku merasa sangat lega. Aku tak ingin
lagi melihat ke belakang ke arah pulau itu. Pulau itu menimbulkan perasaan
stress yang sangat luar biasa dalm hidupku.
I think of
you in every thing that I do
To be with
you what everything I’ll do
Cuz you my
love, you are my heart beside
Since I
found you
my life
shine so bright new
You show me
the love I never knew
Since I
found you my life begin so true
You are be
my dearest love
For all of
my dreams came true
Since I
found you
Sepenggal puisi itulah yang akan aku berikan buat arjunaku nanti.
Akhirnya
skripsiku selesai dan aku dapat nilai A. semuanya berhasil dengan baik, dan
selesai dalam 3,5 tahun. Terima kasih untuk bapak kepala desa yang telah
membantu memberikan banyak informasi. “Papa bangga sama Andya…” ucap papa
sambil mencium dahiku. “Mama juga,loh…”
datang juga mama sambil memelukku. “Aku juga!” Uuuuupppsss??? Suara siapa itu
yang ketiga? Sepertinya..? “Radddiiittt!!!” itu suara radit! “Selamat ya,
Andya… kamu hebat banget!” Puji radit. Kedatangnnya membuat pipiku berubah
warna menjadi seperti tomat yang matang.
“Andya, aku mau bilang sesuatu sama
kamu…”
“Ngomong aja kok susah? Emang mau
ngomong apa?”
Wah, apa
yang akan Radit katakan? Apakah ia akan bilang kalau dia sayang sama aku?
Haduuuhhh!!! Aku harus jawab apa?
“Udah lamaaaa banget aku simpan
sekerat cinta di dasar hatiku ini hanya buat kamu. Aku rawat dengan baik,
kusiram tiap hari dan tak pernah absen untuk berbicara dengan cinta itu.
Sekarang, maukah kau yang menyimpannya? Menyimpannya dengan tulus dan dekatkan
cinta itu dengan cintamu…”
Aku tak
dapat berbicara apa-apa, aku hanya menjawab, “Ya!” Ya,Tuhan… arjuna sekarang
telah jadi milikku. Terima kasih ,Tuhan… “Dasar Arjuna yang pakai baju
superman!” tambahku dengan ketus. “Apa, An?” Tanya Radit dengan penasaran. “Oh,
gak ada… hehehe….”
Aku merasa sangat bahagia, semuanya
telah aku dapatkan, walaupun hingga hari ini aku masih sering mimpi buruk
tentang bapak kepala desa itu. Namun, bagiku itu semua tak menjadi masalah yang
berarti.
Keterangan catatan kaki:
1) Andya
berbicara dengan bahasa sehari-hari daerah curup,
“Iyo, ma… ngeri nian kalu teringek muko bapak tu!”
artinya:
“Iya, ma… aku takut sekali kalau teringat muka bapak itu!”
2) “Yo udah…
tidur lah,nak… jangan lupo bedoa,yo… jangn takut,mama disiko…”
artinya:
“Ya, sudah… tidurlah, nak… jangan lupa berdoa,ya…jangan takut, mama ada di sini.”
3) “Pa, buli
dak Andya pai jalan-jalan kek kawan-kawan?”
artinya:
“Pa, boleh tidak Andya pergi jalan-jalan dengan teman-teman?”
4) So sweet!!
Merupakan
bahasa Inggris yang berarti mengungkapka sebuah kebahagiaan karena cinta
5) UNIB
Universitas Bengkulu
6) Endemic
Sesuatu hal
yang langka dan tidak dapat ditemukan di daerah lain.
7) Oh my God… what should I do?
Ya Tuhanku,
apa yang harus saya lakukan? (bahasa Inggris)
Komentar
Posting Komentar